Kamis, Juni 05, 2008

Butir Padi Petanda Kasih

Dua bersaudara bekerja bersama-sama di ladang milik keluarga mereka. Yang seorang telah menikah dan memiliki sebuah keluarga besar. Yang lainnya masih lajang. Ketika hari mulai senja, kedua bersaudara itu membagi sama rata hasil yang mereka peroleh.

Pada suatu hari, saudara yang masih lajang itu berpikir, "Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku masih lajang dan kebutuhanku hanya sedikit." Karena itu, setiap malam ia mengambil sekarung padi dari lumbung miliknya dan enaruhnya di lumbung milik saudaranya.

Sementara itu, saudara yang telah menikah itu berpikir dalam hatinya, "Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku punya istri dan anak-anak yang akan merawatku di masa tua nanti, sedangkan saudaraku tidak memiliki siapa pun dan tidak seorang pun akan peduli padanya pada masa tuanya." Karena itu, setiap malam ia pun mengambil sekarung padi dari lumbung miliknya dan menaruhnya di lumbung milik saudara satu-satunya itu.

Selama bertahun-tahun kedua bersaudara itu menyimpan rahasia itu masing-masing, sementara padi mereka sesungguhnya tidak pernah berkurang, hingga suatu malam keduanya bertemu, dan barulah saat itu mereka tahu apa yang telah terjadi. Mereka pun berpelukan.

Jangan biarkan persaudaraan rusak karena harta, justru pereratlah persaudaraan tanpa memusingkan harta.

Jumat, Mei 09, 2008

Jangan Sampai Terlambat

Malam terasa panjang bagi orang yang berjaga, jalan terasa jauh bagi orang yang lelah, waktu terasa semakin lama bagi orang yang sedang menanti. Itulah waktu. Waktu adalah salah satu berkat dari Tuhan yang boleh kita nikmati dan kita pakai sebagaimana kita mau. Tetapi waktu juga adalah sesuatu dimana kita harus bertanggung jawab terhadap penggunaannya. Suatu hal yang pasti adalah setiap orang mempunyai waktu yang sama, yaitu dua puluh empat jam dalam satu hari perjalanan hidupnya. Pertanyaan kita, berapa waktu yang kita siapkan untuk pasangan hidup kita? Tak akan pernah terlalu awal untuk mengucapkan kata-kata yang baik untuk seseorang yang kita sayangi.
Tak akan pernah terlalu awal untuk melakukan sesuatu yang membahagiakan untuk pasangan kita. Karena Anda dan saya tidak akan pernah tahu seberapa cepat hal tersebut akan jadi sesuatu yang terlambat dikatakan dan terlambat untuk melakukannya!
Maka, katakanlah hari ini, dan lakukanlah hari ini. Jangan tunda sampai besok karena mungkin besok sudah terlambat.

Demikianlah Richard De Haan memberi nasihatnya.

Penyesalan

Seorang dokter berpangkat kolonel di suatu negara berprestasi sangat cemerlang. Dengan demikian, dia dipercaya oleh kalangan atas, termasuk presidennya, untuk merawat kesehatan diri mereka pada dokter yang pandai tersebut. Setiap hari, hidupnya dipenuhi oleh jadwal tugas yang membuat orang lain berdecak kagum karena tidak semua dokter mendapat kesempatan berprestasi seperti itu. Hari demi hari dilalui dengan prestasi yang menjulang. Semakin tinggi dan tak terbilang hadiah dan fasilitas hidup yang menggiurkan diterimanya.

Begitu penuh jadwal hidupnya untuk mengurus orang lain, pergi berhari-hari menemani jenderal ini dan itu, pergi berminggu-minggu untuk menemani presiden ke luar negeri, dan sebagainya. Untuk bertemu muka dengan istri dan anak-anaknya sungguh hal yang langka. Dan keadaan ini terus berlanjut dari waktu ke waktu.

Sampai suatu hari sepulang dari luar negeri menemani dan merawat pejabat tinggi yang sedang sakit, setiba di depan rumahnya, sang dokter melihat tenda terpasang dan kerumunan para kerabat dan tetangganya. Dalam hati sang dokter bertanya: ada apa gerangan di rumahku? Begitu keluar dari mobil, dia langsung bergegas masuk menguak kerumunan para tamu yang menyampaikan ucapan belasungkawa.

Setiba di ruang tamu rumahnya, terbujur sang istri tercinta, wanita yang menjadi belahan jiwanya, wanita yang selama ini ditinggalkannya untuk bepergian menjalankan tugas-tugas untuk merawat dan mempertahankan hidup orang lain. Tapi, satu-satunya wanita yang diinginkan dalam hidupnya saat ini terdiam kaku. Sang istri meninggal setelah menderita sakit parah yang cukup lama, dan dia tidak mampu merawatnya, apalagi memperpanjang masa hidupnya.

Maka, tercenunglah sang dokter. Dia bertanya ke mana saja aku ini, kapan terakhir aku makan bersama dengan wanita kesayanganku, kapan terakhir kali aku memeriksa kesehatannya, kapan terakhir kali aku mengucapkan selamat berulang tahun untuknya. Oh, sudah lama-lama sekali! Sekarang aku ingin mengucapkannya, sekarang aku ingin makan bersamanya, sekarang aku ingin tidur bersamanya, tapi sudah terlambat! Tidak ada hari esok lagi untuk melakukannya.

Seperti nasihat Rihard De Haan di muka tulisan ini, maka seorang penulis tak dikenal telah menuliskan kata-kata yang menggugah perasaan sebagai berikut.

Lebih baik kumiliki setangkai mawar mungil dari kebun seorang sahabat daripada memiliki bunga-bunga pilihan ketika hidupku di dunia harus berakhir.

Jangan sampai Anda menyesal dalam hidup ini. Hidup terlalu singkat untuk dipakai "tidak peduli terhadap pasangan" serta "merasa kecewa dan marah". Jadikan sentuhan, pelukan, dan kemesraan sebagai alat untuk membangun fondasi yang kuat dalam hal membina hubungan suami-istri. Sama seperti otot, kasih dapat menjadi kuat jika sering digunakan. Sebaliknya, kasih juga bisa mati jika tidak disertai perbuatan.Mudah-mudah belum terlambat bagi saya dan pembaca untuk memulai mengatakan apa yang seharusnya dikatakan, apa yang seharusnya dilakukan untuk membahagiakan pasangan hidup dan diri kita juga.

  • Lebih baik mendengar kata-kata yang menyenangkan yang disampaikan dengan kebaikan kepadaku pada saat aku hidup daripada pujian saat jantungku berhenti berdetak dan hidupku berakhir.

  • Lebih baik kumiliki senyum penuh kasih dari sahabat-sahabat sejatiku daripada air mata di sekeliling peti jenazahku ketika pada dunia ini kuucapkan selamat tinggal.

  • Bawakan aku semua bungamu hari ini.

  • Lebih baik kumiliki setangkai yang mekar saat ini daripada satu truk penuh ketika aku meninggal dan diletakkan di atas pusaraku

Rabu, Mei 07, 2008

Tiket Kereta

Kisah nyata dari Li Jia Tong.

Semenjak kecil, saya takut untuk memperingati Hari ibu karena tak berapa lama setelah saya lahir, saya dibuang oleh ibu saya. Setiap kali peringatan Hari ibu, saya selalu merasa tidak leluasa karena selama peringatan Hari ibu semua acara televisi menayangkan lagu tentang kasih ibu, begitu juga dengan radio Dan bahkan iklan biskuit pun juga menggunakan lagu tentang Hari ibu.

Saya tidak bisa meresapi lagu-lagu seperti itu. Setelah sebulan lebih saya dilahirkan, saya ditemukan oleh seseorang di stasiun kereta api Xin Zhu. Para polisi yang berada di sekitar stasiun itu kebinggungan untuk menyusui saya. Tapi pada akhirnya, mereka bisa menemukan seorang ibu yang bisa menyusui saya. Kalau bukan karena dia, saya pasti sudah menanggis Dan sakit.

Setelah saya selesai disusui Dan tertidur dengan tenang, para polisi pelan-pelan membawa saya ke De Lan C! enter di kecamatan Bao Shan kabupaten Xin Zhu. Hal ini membuat para biarawati yang sepanjang Hari tertawa ria akhirnya pusing tujuh keliling.

Saya tidak pernah melihat ibu saya. Semasa kecil saya hanya tahu kalau saya dibesarkan oleh para biarawati. Pada malam Hari, di saat anak-anak yang lain sedang belajar, saya yang tidak Ada kerjaan hanya bisa menggangu para biarawati. Pada saat mereka masuk ke altar untuk mengikuti kelas malam, saya juga akan ikut masuk kedalam.

Terkadang saya bermain di bawah meja altar, mengganggu biarawati yang sedang berdoa dengan membuat wajah-wajah yang aneh. Dan lebih sering lagi ketiduran sambil bersandar di samping biarawati. Biarawati yang baik hati itu tidak menunggu kelas berakhir terlebih dahulu, tetapi dia langsung menggendong saya naik untuk tidur. Saya curiga apakah mereka menyukai saya karena mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk keluar dari altar.

Walaupun kami adalah anak-anak yang terbuang, tetapi sebagian besar dari kami masih memiliki keluarga. Pada saat tahun baru atau pun Hari raya, banyak sanak saudara yang datang menjemput. Sedangkan saya, dimana rumah saya pun saya tidak tahu.

Mungkin juga karena inilah para biarawati sangat memperhatikan anak-anak yang tidak memiliki sanak saudara sehingga mereka tidak memperbolehkan anak-anak lain menggangu kami. Sejak kecil prestasi saya cukup bagus Dan para biarawati mencarikan banyak pekerja sosial untuk menjadi guru saya.

Kalau dihitung-hitung sudah cukup banyak yang menjadi pengajar saya. Mereka adalah lulusan Dan dosen dari universitas Jiao Dan universitas Qing, lembaga penelitian, Dan insinyur. Guru yang mengajarkan saya IPA pada tahun sebelumnya adalah seorang mahasiswa Dan sekarang dia telah menjadi asisten dosen. Guru yang mengajari saya Bahasa Inggris adalah seorang yang jenius. Tidak heran sejak kecil kemampuan saya dalam berbahasa Inggris sudah bagus.

Para biarawati juga memaksa saya untuk belajar piano. Semenjak kelas 4 SD, saya telah menjadi pianis di gereja dan pada saat misa saya yang bertanggung jawab untuk bermain piano. Karena didikan yang saya dapatkan di gereja, kemampuan berbicara saya pun juga bagus. Di sekolah saya sering mengikuti lomba berpidato, pernah juga menjadi perwakilan alumni untuk mengikuti debat. Tetapi saya sama sekali tidak pernah mendapatkan peran yang penting dalam acara peringatan Hari ibu..

Walaupun saya suka memainkan piano tetapi saya mempunyai satu prinsip. Saya tidak akan memainkan lagu-lagu yang berhubungan dengan Hari ibu, kecuali jika Ada orang yang memaksa saya. Tetapi tetap saja saya tidak akan memainkan lagu-lagu tersebut atas dasar keinginan saya sendiri.

Terkadang saya pernah berpikir, siapakah ibu saya? Saat membaca novel, saya menebak bahwa saya adalah anak haram, ayah meninggalkan ibu. Dan ibu yang masih muda akhirnya membuang saya.

Mungkin karena kepintaran saya yang cukup bagus, ditambah lagi dengan adanya bantuan dari pengajar yang sepenuh hati membantu, saya deng! an lancar bisa lolos ujian masuk jurusan arsitektur di Universitas Xin Zhu. Saya menyelesaikan kuliah sambil bekerja paruh waktu. Biarawati Sun yang membesarkan saya terkadang datang mengunjungi saya. Jika teman-teman kuliah saya yang bandel-bandel itu melihat biarawati Sun, mereka akan langsung berubah menjadi kalem. Banyak teman-teman saya yang setelah mengetahui latar belakang saya, datang menghibur saya. Mereka juga mengakui, bahwa saya mempunyai pembawaan yang baik, dikarenakan saya dibesarkan oleh para biarawati

Saat wisuda, orang tua dari mahasiswa lain semua berdatangan, sedangkan keluarga saya satu-satunya yang hadir hanya biarawati Sun. Kepala jurusan saya bahkan meminta biarawati Sun untuk foto bersama.

Di masa wajib militer, saya kembali ke De Lan Center. Tiba-tiba saja di Hari itu biarawati Sun ingin membicarakan hal yang serius dengan saya. Dia mengambil sebuah amplop surat dari raknya Dan dia mempersilahkan saya untuk melihat isi-isi dari amplop surat itu.

Di dalam amplop surat itu, terdapat dua lembar tiket kereta. Biarawati Sun berkata pada saya bahwa pada saat polisi mengantar saya ke tempat ini, dalam baju saya terselip dua lembar tiket perjalanan dari tempat tinggal asal ibu saya menuju stasiun Xin Zhu.

Tiket pertama adalah tiket bus dari salah satu tempat di bagian selatan menuju ke Ping Dong. Dan tiket yang satunya lagi adalah tiket kereta api dari Ping Dong ke Xin Zhu. Ini adalah tiket kereta api yang lambat. Dari situ saya baru tahu bahwa ibu kandung saya bukanlah orang yang berada.
Biarawati Sun mengatakan pada saya bahwa mereka biasanya tidak suka mencari latar belakang dari bayi-bayi yang telah ditinggalkan. Oleh karena itu, mereka menyimpan dua tiket kereta ini Dan memutuskan untuk memberikannya pada saat saya sudah dewasa.

Mereka telah lama mengamati saya dan pada akhirnya mereka menyimpulkan bahwa saya adalah orang yang rasional. Jadi seharusnya saya mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah ini. Mereka pernah pergi ke kota kec il ini dan menemukan bahwa jumlah penduduk kota kecil itu tidak banyak. Jadi jika saya benar-benar ingin mencari keluarga saya, seharusnya saya tidak akan menemui kesulitan.

Saya selalu terpikir untuk bertemu dengan orang tua saya. Tetapi setelah memegang dua tiket ini, mulai timbul keraguan dalam hati saya. Saya sekarang hidup dengan baik, mempunyai ijazah lulusan S1, dan bahkan memiliki seorang teman wanita akan menjadi teman hidup saya. Mengapa saya harus melihat ke masa lalu? Mencari masa lalu yang benar-benar asing bagi saya. Lagi pula besar kemungkinan kenyataan yang didapatkan adalah hal yang tidak menyenangkan.

Biarawati Sun justru mendukung saya untuk pergi ke kota asal ibu saya. Dia menggangap kalau saya akan memiliki masa depan yang cerah. Jika teka-teki tentang asal-usul kelahiran saya tidak dijadikan alasan sebagai bayangan gelap dalam diri saya, dia terus membujuk diri saya untuk memikirkan kemungkinan terburuk yang akan saya hadapi, yang seharusnya tidak akan menggoyahkan kepercayaan diri saya terhadap masa depan saya.

Saya akhirnya berangkat ke kota yang berada di daerah pegunungan, yang bahkan tidak pernah saya dengar namanya. Dari kota Ping Dong saya harus naik kereta api selama satu jam lebih untuk tiba di sana.

Saat musim dingin, walaupun berada di daerah selatan, di kota ini hanya terdapat satu kantor polisi, satu pos kota, satu Sekolah Dasar, dan satu Sekolah Menengah Pertama, selain itu tidak ada lagi gedung yang lainnya. Saya bolak-balik ke kantor polisi dan pos kota untuk mencari data kelahiran saya.

Akhirnya saya menemukan dua dokumen yang berhubungan dengan diri saya. Dokumen pertama adalah data mengenai kelahiran seorang anak laki-laki. Dokumen kedua adalah data laporan kehilangan anak. Hilangnya anak itu adalah di saat hari kedua saya dibuang satu bulan lebih setelah saya dilahirkan. Menurut keterangan dari biarawati, saya ditemukan di stasiun Xin Zhu. Sepertinya saya sudah menemukan data-data kelahiran saya.

Sekarang masalahnya adalah ayah saya telah meninggal dunia dan ibu saya juga telah meninggal dunia beberapa bulan yang lalu. Saya mempunyai seorang kakak laki-laki. Kakak saya telah meninggalkan kota dan tidak tahu ke mana perginya.

Karena ini adalah kota kecil, maka semua orang saling mengenal. Seorang polisi tua di kantor polisi memberitahu saya, bahwa ibu saya selalu bekerja di SMP. Dia lalu membawa saya menemui kepala SMP itu.

Kepala sekolah itu adalah seorang wanita dan beliau menyambut saya dengan ramah. Dia membenarkan bahwa ibu saya pernah bekerja di sini. Dan beliau sangat baik hati, sedangkan ayah saya adalah orang yang sangat malas. Saat pria yang lain pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, hanya ayah yang tidak mau pergi. Di kota kecil, ayah hanya ! bekerja sebagai pekerja musiman. Padahal di dalam kota sama sekali tidak ada pekerjaan yang bisa dia kerjakan.

Oleh karena itu, seumur hidup dia hanya mengandalkan ibu saya yang bekerja sebagai pekerja kasar. Karena tidak memiliki pekerjaan, suasana hatinya menjadi sangat tidak baik. Jadi seringkali dia mabuk- mabukan. Dan setelah mabuk, terkadang ayah memukul ibu atau kakak saya. Walaupun setelah itu ayah merasa menyesal, kebiasaan buruk ini sangat susah untuk diubah. Ibu dan saudara saya terusik seumur hidup olehnya. Pada saat kakak duduk di kelas dua SMP, dia kabur dari rumah dan semenjak saat itu ayah tidak pernah kembali lagi.

Sepengetahuan ibu kepala sekolah, ibu itu memiliki anak kedua. Namun setelah berumur satu bulan lebih, secara misterius anak itu menghilang begitu saja. Saat ibu kepala sekolah tahu bahwa saya dibesarkan di sebuah panti asuhan di daerah utara, beliau mulai menanyakan banyak hal kepada saya dan saya menjelaskan! nya satu per satu.

Beliau mulai tergerak hatinya dan kemudian mengeluarkan selembar amplop surat. Amplop ini ditinggalkan ibu saya sebelum ibu meninggal dan ditemukan di samping bantalnya. Kepala sekolah berpikir bahwa di dalamnya pasti terdapat barang-barang yang bermakna. Oleh karena itu, dia menyimpannya dan menunggu sampai ada keluarganya yang datang mengambil.

Dengan tangan yang gemetar, saya membuka amplop itu. Dalam amplop itu berisi tiket kereta api. Semua itu adalah tiket-tiket perjalanan dari kota kecil di bagian selatan ini menuju kecamatan Bao Shan kabupaten Xin Zhu, dan semuanya disimpan dengan baik. Kepala sekolah memberitahu saya bahwa setiap setengah tahun sekali, ibu saya pergi ke daerah di bagian utara untuk menemui salah satu saudaranya.

Namun, tidak ada satu orangpun yang mengenal siapa saudara itu. Mereka hanya merasa bahwa setiap ibu saya kembali dari sana, suasana hatinya menjadi sangat baik.

Ibu saya menganut agama Budha di hari tuanya. Hal yang paling membanggakan baginya adalah ia berhasil membujuk beberapa orang kaya beragama Budha untuk mengumpulkan dana sebesar NT 1.000.000 yang disumbangkan ke panti asuhan yang dikelola oleh agama Katolik. Pada hari penyerahan dana, ibu saya juga ikut hadir.

Saya merasa merinding seketika. Pada suatu kali, ada satu bus pariwisata yang membawa para penganut agama Budha yang berasal dari daerah selatan. Mereka membawa selembar cek bernilai NT 1.000.000 untuk disumbangkan ke De Lan Center.

Para biarawati sangat berterima kasih dan mereka mengumpulkan semua anak-anak untuk berfoto bersama para penyumbang. Pada saat itu, saya yang sedang bermain basket. Saya juga ikut dipanggil dan dengan tidak rela, saya pun ikut berfoto bersama mereka. Sekarang saya menemukan foto itu di dalam amplop ini. Saya meminta orang untuk menunjukkan yang mana ibu saya. Saya tersentak seketika. Yang lebih membuat saya terharu adalah di dalamnya terdapat foto kenangan- kenangan wisuda saya yang telah difotokopi. Foto itu adalah foto saya bersama teman-teman saya yang sedang mengenakan topi toga. Saya juga termasuk di dalam foto itu. Ibu saya, walaupun telah membuang saya, tetap datang mengunjungi saya. Mungkin saja dia juga menghadiri acara wisuda saya.

Dengan suara tenang, kepala sekolah berkata, "Kamu seharusnya berterima kasih pada ibumu. Dia membuangmu demi mencarikanmu lingkungan hidup yang lebih baik. Jika kamu tetap tinggal di sini, bisa-bisa kamu hanya lulus SMP, lalu pergi ke kota mencari kerja. Di sini hampir tidak ada orang yang mengecap pendidikan SMU. Lebih gawatnya lagi, jika kamu tidak tahan terhadap pukulan dan amarah ayahmu setiap hari, bisa-bisa kamu seperti kakakmu yang kabur dari rumah dan tidak pernah kembali lagi." Kepala sekolah kemudian memanggil guru yang lain untuk menceritakan hal-hal tentang saya. Semuanya mengucapkan selamat karena saya bisa lulus dari Universitas Guo Li. Ada seorang guru yang berkata, bahwa di sini belum ada murid yang berhasil masuk ke Universitas Guo Li.

Saya tiba-tiba tergerak untuk melakukan sesuatu. Saya bertanya kepada kepala sekolah apakah di dalam sekolah ada piano. Beliau berkata bahwa pianonya bukan piano yang cukup bagus, tetapi terdapat organ yang masih baru. Saya membuka tutup piano dan menghadap matahari di luar jendela dan saya memainkan satu per satu lagu tentang ibu. Saya ingin orang-orang tahu, walaupun saya dibesarkan di panti asuhan tetapi saya bukanlah yatim piatu karena saya memiliki para biarawati yang baik hati dan senantiasa mendidik saya.

Mereka bagaikan ibu yang membesarkan saya, mengapa saya tidak bisa menganggap mereka selayaknya ibu saya sendiri? Dan juga ibu saya selalu memperhatikan saya. Ketegasan dan pengorbanannya lah yang membuat saya memiliki lingkungan hidup yang baik dan masa depan yang gemilang.

Prinsip yang saya tetapkan telah dilenyapkan. Saya bukan saja bisa memainkan lagu peringatan hari ibu, tetapi saya juga bisa menyanyikannya. Kepala sekolah dan para guru juga ikut ber-nyanyi.

Suara piano juga tersebar ke seluruh sekolah dan suara piano saya pasti berkumandang sampai ke lembah. Di senja hari ini, penduduk- penduduk di kota kecil akan bertanya, "Kenapa ada orang yang memainkan lagu tentang ibu?" Bagi saya hari ini adalah hari ibu. Sebuah amplop yang dipenuhi tiket kereta api membuat saya untuk selamanya tidak takut untuk memperingati hari ibu.

Ini adalah sebuah kisah nyata dari rektor Universitas Ji Nan yang bernama Li Jia Tong.
"Berterima kasihlah kepada mereka yang telah membesarkan dan membimbing kita, hingga kita dewasa dan mencapai sebuah kesuksesan. Sekalipun mereka bukanlah ibu atau ayah kandung yang telah membesarkan kita. Tetapi ingatlah selalu budi yang telah diberikan kepada kita, hingga kita bisa seperti sekarang ini".

Bila Hari ini engkau membaca cerita ini dengan tanpa disengaja, mungkin Ada maksud-maksud Tuhan yang ingin disampaikan Nya... angkatlah telp Dan bicaralah dengan orang yang membesarkan'mu entah siapapun ia walau hanya sebentar suaramu akan sangat menyenangkan Dan menghibur hatinya Dan Hari ini akan merupakan salah satu Hari terindah didalam hidupnya.

Meletakkan Beban

Alexis Carrel seorang ahli bedah kelahiran Lyons, Prancis, adalah seorang pejuang militer, sekaligus ilmuwan yang pernah mengilhami Charles Lindbergh dalam ilmu penerbangan, dikenal sebagai pekerja keras. Meski demikian pemenang Nobel Kedokteran 1912 ini tetap menyarankan agar kita mencari waktu untuk ngaso (istirahat, Red.) di tengah sempitnya kesempatan.

Sebaiknya kita istirahat dan menghibur diri dengan berbagai cara sehingga istirahat dan hiburan tersebut tidak menimbulkan kelelahan baru. Manfaat ngaso bermacam-macam.

Hari ini seorang profesor memulai kuliahnya dengan mengangkat sebuah gelas kaca penuh air di depan para mahasiswanya.
"Berapa berat gelas ini?"
Jawaban mahasiswa beragam, "Mungkin 100 gram, 150 gram, 1/4 kg."
"Saya sendiri juga tidak tahu kecuali kalau saya menimbangnya lebih dulu," ujar sang profesor kalem,
"Pertanyaannya adalah, apakah yang akan terjadi kalau saya memegang gelas ini selama beberapa menit?"
"Tidak akan terjadi apa-apa," jawab seorang mahasiswa.
"Kalau saya memegangnya selama satu jam?"
"Paling-paling tangan Anda akan kaku dan capek."
"Bagaimana kalau saya memegang gelas ini selama satu hari?"
"Tangan Anda akan kebas, orot-otot lengan menjadi kaku dan tegang. Kemungkinan terburuk bisa lumpuh."
"Ok. Apakah selama itu berat gelas bertambah?"
"Oh, tidak"
"Lantas, apa yang menyebabkan tangan saya sakit?"

Suasana kelas berubah hening. Tiba-tiba ada yang nyeletuk,
"Kalau gitu, letakkan saja gelas itu di meja."
"Tepat!" kata profesor.

Beban hidup kita sama seperti itu. Kalau sebuah masalah kita pikirkan dalam beberapa menit, beberapa jam, masih OK. Namun kalau berhari-hari, berbulan-bulan terus dipikirkan sudah pasti akan membuat kita sakit.

Memang penting memikirkan problem hidup. Namun jauh lebih penting kalau bisa "meletakkan' problem itu sebelum kita tidur. Agar esok hari segar kembali untuk mencari jalan keluarnya. Sumber: KCM

Jumat, April 11, 2008

Cinta Kasih Seorang Ibu (2)

Suatu hari seorang Ibu meminta tolong kepada anaknya untuk membantu merapikan kamar tidur karena sang Ibu saat itu sedang sibuk menyiapkan lauk di dapur. Tanpa mengucapkan sepatah kata sang anak pergi meninggalkan Ibunya.

Beberapa saat kemudian anak itu kembali dan mendapatkan Ibunya masih sibuk menyediakan makan malam di dapur. Kemudian dia mengulurkan sekeping kertas yang bertulis sesuatu. Sang Ibu segera membersihkan tangan lalu menerima kertas yang diberikan oleh sang anak dan membacanya.
Ongkos membantu Ibu:
1. Membantu Pergi Ke Warung : Rp 20.000
2. Menjaga adik : Rp 20.000
3. Membuang sampah : Rp 5.000
4. Membereskan Tempat Tidur : Rp 10.000
5. Menyiram bunga : Rp 15.000
6. Menyapu Halaman : Rp 15.000
Jumlah Hutang Ibu : Rp 85.000

Selesai membaca, si Ibu tersenyum memandang si anak yang raut mukanya berbinar-binar. Si Ibu mengambil pena dan menulis sesuatu dibelakang kertas yang sama.
1. Ongkos mengandung dirimu selama 9 bulan - GRATIS
2. Ongkos berjaga sepanjang malam ketika kamu sakit - GRATIS
3. Ongkos mengasuh dan merawatmu selamanya - GRATIS
4. Ongkos mendidikmu - GRATIS
5. Ongkos menyediakan makan minum, pakaian dan keperluanmu - GRATIS
Jumlah Keseluruhan Cinta Kasih Ibu padamu - GRATIS

Air mata si anak berlinang setelah membaca. Si anak menatap wajah Ibu, memeluknya dan berkata, "Saya Mencintai Ibu".
Kemudian si anak mengambil pena dan menulis sesuatu didepan surat yang ditulisnya : "LUNAS, Telah Dibayar" dan kemudian menyerahkan pada Ibunya

SEBERAPA DALAM KAMU MENCINTAI IBUMU ????

Kamis, April 10, 2008

Cinta Kasih Seorang Ibu

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit.
Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi.

Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan :
"Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati"

Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya. Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung.

Pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan :
"Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya"
Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan. Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman

Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah. Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan. Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong-bondong manyaksikan hukuman tersebut. Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya. Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang. Sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang. Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada.

Saat mereka semua sedang bingung, tiba-tiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat. Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah.

Tahukah anda apa yang terjadi?. Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng.

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng. Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu untuk anaknya.
Betapapun jahat si anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya.

Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu. karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini.

Jumat, Februari 29, 2008

Hidup itu Seperti Bawang Bombay

Menjelang istirahat suatu kursus pelatihan, sang pengajar mengajak para peserta untuk melakukan suatu permainan.
'Siapakah orang yang paling penting dalam hidup Anda?'
Pengajar meminta bantuan seorang peserta maju ke depan kelas.
" Silakan tulis 20 nama yang paling dekat dengan kehidupan Anda saat ini"

Peserta perempuan itu pun menuliskan 20 nama di papan tulis. Ada nama tetangga, teman sekantor, saudara, orang-orang terkasih dan lainnya.

Kemudian pengajar itu menyilakan memilih, dengan mencoret satu nama yang dianggap tidak penting. Lalu siswi itu mencoret satu nama, tetangganya. Selanjutnya pengajar itu menyilakan lagi siswinya mencoret satu nama yang tersisa, dan siswi itu pun melakukannya, sekarang ia mencoret nama teman sekantornya. Begitu seterusnya.

Sampai pada akhirnya di papan tulis hanya tersisa 3 nama. Nama orang tuanya, nama suami serta nama anaknya. Di dalam kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi. Semua peserta pelatihan mengalihkan pandangan ke pengajar. Menebak-nebak apa yang selanjutnya akan dikatakan oleh pengajar itu. Ataukah, selesai sudah tak ada lagi yang harus di pilih.

Namun dikeheningan kelas sang pengajar berkata :
"Coret satu lagi !!"
Dengan perlahan dan agak ragu siswi itu mengambil spidol dan mencoret satu nama. Nama orang tuanya.
"Silakan coret satu lagi !"
Tampak siswi itu larut dalam permainan ini. Ia gelisah. Ia mengangkat spidolnya tinggi-tinggi dan mencoret nama yang teratas dia tulis sebelumnya. Nama anaknya. Seketika itupun pecah isak tangis di kelas.

Setelah suasana sedikit tenang, pengajar itu lalu bertanya :
"Orang terkasih Anda bukan orang tua dan anak Anda? Orang tua yang melahirkan dan membesarkan Anda. Anda yang melahirkan anak. Sedang suami bisa dicari lagi.
Mengapa Anda memilih sosok suami sebagai orang yang paling penting dan sulit dipisahkan?"

Semua mata tertuju pada siswi yang masih berada di depan kelas. Menunggu apa yang hendak dikatakannya.
"Waktu akan berlalu, orang tua akan pergi meninggalkan saya. Anakpun demikian. Jika ia telah dewasa dan menikah, ia akan meninggalkan saya juga. Yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya. "

Kehidupan itu bagaikan bawang bombay.
Ketika di kupas selapis demi selapis, akan habis.
Dan adakalanya kita dibuat menangis. Loving between your soulmate will strength you ...

Rabu, Februari 06, 2008

Ikatkan Sehelai Pita Kuning Bagiku

Pada tahun 1971 surat kabar New York Post menulis kisah nyata tentang seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak, Georgia, Amerika. Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik, sayangnya dia tidak pernah menghargai istrinya. Dia tidak menjadi seorang suami dan ayah yang baik. Dia sering pulang malam-malam dalam keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan isterinya.

Satu malam dia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York. Dia mencuri uang tabungan isterinya, lalu dia naik bis menuju ke utara, ke kota besar, ke kehidupan yang baru. Bersama-sama beberapa temannya dia memulai bisnis baru. Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya. Sex, gambling, drug. Dia menikmati semuanya.

Bulan berlalu. Tahun berlalu. Bisnisnya gagal, dan ia mulai kekurangan uang. Lalu dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal. Ia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu uang orang. Akhirnya pada suatu saat naas, dia tertangkap. Polisi menjebloskannya ke dalam penjara, dan pengadilan menghukum dia tiga tahun penjara.

Menjelang akhir masa penjaranya, dia mulai merindukan rumahnya. Dia merindukan istrinya. Dia rindu keluarganya. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa menyesalnya dia. Bahwa dia masih mencintai isteri dan anak-anaknya.

Dia berharap dia masih boleh kembali. Namun dia juga mengerti bahwa mungkin sekarang sudah terlambat, oleh karena itu ia mengakhiri suratnya dengan menulis,
"Sayang,  engkau tidak perlu menunggu aku. Namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau nyatakan? Jika kau masih mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita kuning bagiku, pada satu-satunya pohon beringin yang berada di pusat kota. Apabila aku lewat dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak apa-apa. Aku akan tahu dan mengerti. Aku tidak akan turun dari bis, dan akan terus menuju Miami. Dan aku berjanji aku tidak akan pernah lagi menganggu engkau dan anak-anak seumur hidupku."

Akhirnya hari pelepasannya tiba. Dia sangat gelisah. Dia tidak menerima surat balasan dari isterinya. Dia tidak tahu apakah isterinya menerima suratnya atau sekalipun dia membaca suratnya, apakah dia mau mengampuninya? Dia naik bis menuju Miami, Florida, yang melewati kampung halamannya, White Oak. Dia sangat sangat gugup. Seisi bis mendengar ceritanya, dan mereka meminta kepada sopir bus itu,
"Tolong, pas lewat White Oak, jalan pelan-pelan...kita mesti lihat apa yang akan terjadi..."
Hatinya berdebar-debar saat bis mendekati pusat kota White Oak. Dia tidak berani mengangkat kepalanya. Keringat dingin mengucur deras. Akhirnya dia melihat pohon itu. Air mata menetas di matanya...
Dia tidak melihat sehelai pita kuning......
Tidak ada sehelai pita kuning....
Tidak ada sehelai......
Melainkan ada seratus helai pita-pita kuning....bergantungan di pohon beringin itu...Ooh... seluruh pohon itu dipenuhi pita kuning...!!!!!!!!!!!!

Kisah nyata ini menjadi lagu hits nomor satu pada tahun 1973 di Amerika. Sang sopir langsung menelpon surat kabar dan menceritakan kisah ini. Seorang penulis lagu menuliskan kisah ini menjadi lagu, "Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree", dan ketika album ini di-rilis pada bulan Februari 1973, langsung menjadi hits pada bulan April 1973. Sebuah lagu yang manis, namun mungkin masih jauh lebih manis jika kita bisa melakukan apa yang ditorehkan lagu tersebut,...

If God always forgive you,.. will you forgive the others ?. think wisely.. !!!.

Senin, Januari 28, 2008

Operator

Waktu saya masih amat kecil, ayah sudah memiliki telepon di rumah kami. Inilah telepon masa awal, warnanya hitam, di tempelkan di dinding, dan kalau mau menghubungi operator, kita harus memutar sebuah putaran dan minta disambungkan dengan nomor telepon lain. Sang operator akan menghubungkan secara manual.

Dalam waktu singkat, saya menemukan bahwa , kalau putaran di putar, sebuah suara yang ramah, manis, akan berkata,
"Operator" - Dan si operator ini maha tahu.

Ia tahu semua nomor telepon orang lain.!
Ia tahu nomor telepon restoran, rumah sakit, bahkan nomor telepon toko kue di ujung kota.

Pengalaman pertama dengan sang operator terjadi waktu tidak ada seorangpun dirumah, dan jempol kiri saya terjepit pintu. Saya berputar putar kesakitan dan memasukkan jempol ini kedalam mulut tatakala saya ingat ....operator!! Segera saya putar bidai pemutar dan menanti suaranya.
"Disini operator..."
"Jempol saya kejepit pintu..." kata saya sambil menangis. Kini emosi bisa meluap, karena ada yang mendengarkan.
"Apakah ibumu ada di rumah ? " tanyanya.
"Tidak ada orang"
"Apakah jempolmu berdarah ?"
"Tidak , cuma warnanya merah, dan sakiiit sekali"
"Bisakah kamu membuka lemari es?" tanyanya.
"Bisa, naik di bangku"
"Ambillah sepotong es dan tempelkan pada jempolmu..."

Sejak saat itu saya selalu menelpon operator kalau perlu sesuatu.
Waktu tidak bisa menjawab pertanyaan ilmu bumi, apa nama ibu kota sebuah Negara, tanya tentang matematik. Ia juga menjelaskan bahwa tupai yang saya tangkap untuk dijadikan binatang peliharaan, makannya kacang atau buah.

Suatu hari, burung peliharaan saya mati. Saya telpon sang operator dan melaporkan berita duka cita ini.

Ia mendengarkan semua keluhan, kemudian mengutarakan kata kata hiburan yang biasa diutarakan orang dewasa untuk anak kecil yang sedang sedih. Tapi rasa belasungkawa saya terlalu besar. Saya tanya,
"Kenapa burung yang pintar menyanyi dan menimbulkan sukacita sekarang tergeletak tidak bergerak di kandangnya ?"
Ia berkata pelan,
"Karena ia sekarang menyanyi di dunia lain..." Kata-kata ini - tidak tahu bagaimana - menenangkan saya.

Lain kali saya telpon dia lagi.
"Disini operator "
"Bagaimana mengeja kata kukuruyuk?"

Kejadian ini berlangsung sampai saya berusia 9 tahun. Kami sekeluarga kemudian pindah kota lain. Saya sangat kehilangan "Disini operator"

Saya tumbuh jadi remaja, kemudian anak muda, dan kenangan masa kecil selalu saya nikmati. Betapa sabarnya wanita ini. Betapa penuh pengertian dan mau meladeni anak kecil.

Beberapa tahun kemudian, saat jadi mahasiswa, saya studi trip ke kota asal.
Segera sesudah saya tiba, saya menelpon kantor telepon, dan minta bagian "operator"

"Disini operator," Suara yang sama. Ramah tamah yang sama.  Saya tanya,
"Bisa ngga eja kata kukuruyuk" Hening sebentar. Kemudian ada pertanyaan,
"Jempolmu yang kejepit pintu sudah sembuh khan?"  Saya tertawa.
"Itu Anda.... Wah waktu berlalu begitu cepat ya"
Saya terangkan juga betapa saya berterima kasih untuk semua pembica raan waktu masih kecil. Saya selalu menikmatinya. Ia berkata serius,
"Saya yang menikmati pembicaraan dengan mu. Saya selalu menunggu nunggu kau menelpon"

Saya ceritakan bahwa, ia menempati tempat khusus di hati saya. Saya bertanya apa lain kali boleh menelponnya lagi.
"Tentu, nama saya Saly"

Tiga bulan kemudian saya balik ke kota asal. Telpon operator. Suara yang sangat beda dan asing. Saya minta bicara dengan operator yang namanya Saly.

Suara itu bertanya "Apa Anda temannya?"
"Ya teman sangat lama"
"Maaf untuk kabarkan hal ini, Saly beberapa tahun terakhir bekerja paruh waktu karena sakit-sakitan. Ia meninggal lima minggu yang lalu..."

Sebelum saya meletakkan telepon, tiba tiba suara itu bertanya, "Maaf, apakah Anda bernama Paul ?"
"Ya "
"Saly meninggalkan sebuah pesan buat Anda. Dia menulisnya di atas sepotong kertas, sebentar ya....."

Ia kemudian membacakan pesan Saly, "Bilang pada Paul, bahwa IA SEKARANG MENYANYI DI DUNIA LAIN... Paul akan mengerti kata kata ini...."

Saya meletakkan gagang telepon. Saya tahu apa yang Saly maksudkan.

Jangan sekali sekali mengabaikan, bagaimana Anda menyentuh hidup orang lain!!

Jumat, Januari 18, 2008

Tuhan Teramat Mencintai Kita

Kadang kita bertanya dalam hati dan menyalahkan Tuhan?
apa yang telah saya lakukan sampai saya harus mengalami kejadian buruk ini semua ?? atau ? kenapa Tuhan membiarkan ini semua terjadi pada saya ??

Here is a wonderful explanation...
Seorang anak memberitahu ibunya kalau segala sesuatu tidak berjalan seperti yang dia harapkan. Dia mendapatkan nilai jelek dalam raport, putus dengan pacarnya, dan sahabat terbaiknya pindah ke luar kota.

Saat itu ibunya sedang membuat kue, dan menawarkan apakah anaknya mau mencicipinya,dengan senang hati dia berkata,
"Tentu saja mom, I love your cake.?"
"Nih, cicipi mentega ini,?" kata Ibunya menawarkan.
"Yaiks,?" ujar anaknya.
"Bagaimana dgn telur mentah ??"
"You are kidding me, Mom.?"
"Mau coba tepung terigu atau baking soda ??"
"Mom, semua itu menjijikkan.?"

Lalu Ibunya menjawab,
"ya, semua itu memang kelihatannya tidak enak jika dilihat satu per satu. Tapi jika dicampur jadi satu melalui satu proses yang benar, akan menjadi kue yang enak.?"

Tuhan bekerja dengan cara yang sama.
Seringkali kita bertanya kenapa Dia membiarkan kita melalui masa-masa yang sulit dan tidak menyenangkan?
Tapi Tuhan tahu jika Dia membiarkan semuanya terjadi satu per satu sesuai dgn rancangan-Nya, segala sesuatunya akan menjadi sempurna tepat pada waktunya.

Kita hanya perlu percaya proses ini diperlukan untuk menyempurnakan hidup kita.
Tuhan teramat sangat mencintai kita.
Tuhan mengirimkan bunga setiap musim semi, sinar matahari setiap pagi.
Setiap saat kita ingin bicara, Dia akan mendengarkan.
Dia ada setiap saat kita membutuhkanNya,
Dia ada disetiap tempat, dan
Dia memilih untuk berdiam di hati kita.

Please share to your lovely friends.....
I already did...

Persahabatan

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah. Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya.

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.

Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan,didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain,tetapi justru ia beriinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.

Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.

Beberapa hal seringkali menjadi penghancur persahabatan antara lain:
1. Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit)
2. Ketidakterbukaan
3. Kehilangan kepercayaan
4. Perubahan perasaan antar lawan jenis
5. Ketidak setiaan.

Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya.

Renungkan:
Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri.
"Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman-teman kita." - Anonim -


Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping anda ??
Siapa yang mengasihi anda saat anda merasa tidak dicintai??
Siapa yang ingin bersama anda pada saat tiada satu pun yang dapat anda berikan ??
Merekalah sahabat-sahabat anda.
Hargai dan peliharalah selalu persahabatan anda dengan mereka.

Senin, Januari 14, 2008

Berapa Besar Bobot Sebuah Doa ?

Louise Redden, seorang ibu kumuh dengan baju kumal, masuk ke dalam sebuah supermarket. Dengan sangat terbata-bata dan dengan bahasa yang sopan ia memohon agar diperbolehkan mengutang. Ia memberitahukan bahwa suaminya sedang sakit dan sudah seminggu tidak bekerja. Ia memiliki tujuh anak yang sangat membutuhkan makan.

John Longhouse, si pemilik supermarket,mengusir dia keluar. Sambil terus menggambarkan situasi keluarganya, si ibu terus menceritakan tentang keluarganya.
"Tolonglah, Pak, Saya janji akan segera membayar setelah aku punya uang." John Longhouse tetap tidak mengabulkan permohonan tersebut.
"Anda tidak mempunyai kartu kredit, anda tidak mempunyai garansi," alasannya.
Di dekat counter pembayaran, ada seorang pelanggan lain, yang dari awal mendengarkan percakapan tadi. Dia mendekati keduanya dan berkata :
"Saya akan bayar semua yang diperlukan Ibu ini."
Karena malu, si pemilik toko akhirnya mengatakan,
"Tidak perlu,Pak. Saya sendiri akan memberikannya dengan gratis. Baiklah, apakah ibu membawa daftar belanja ?"
"Ya, Pak. Ini," katanya sambil menunjukkan sesobek kertas kumal.
"Letakkanlah daftar belanja anda di dalam timbangan, dan saya akan memberikan gratis belanjaan anda sesuai dengan berat timbangan tersebut."

Dengan sangat ragu-ragu dan setengah putus asa, Louise menundukkan kepala sebentar, menuliskan sesuatu pada kertas kumal tersebut, lalu dengan kepala tetap tertunduk, meletakkannya ke dalam timbangan. Mata Si pemilik toko terbelalak melihat jarum timbangan bergerak cepat ke bawah. Ia menatap Pelanggan yang tadi menawarkan si ibu tadi sambil berucap kecil,
"Aku tidak percaya pada yang aku lihat." Si pelanggan baik hati itu hanya tersenyum.
Lalu, si ibu kumal tadi mengambil barang-barang yang diperlukan, dan disaksikan oleh pelanggan baik hati tadi, si Pemilik toko menaruh belanjaan tersebut pada sisi timbangan yang lain. Jarum timbangan tidak kunjung berimbang, sehingga si ibu terus mengambil barang-barang keperluannya dan si pemilik toko terus menumpuknya pada timbangan, hingga tidak muat lagi.

Si Pemilik toko merasa sangat jengkel dan tidak dapat berbuat apa-apa. Karena tidak tahan, Si pemilik toko diam-diam mengambil sobekan kertas daftar belanja si ibu kumal tadi. Dan ia-pun terbelalak. Di atas kertas kumal itu tertulis sebuah doa pendek :
"Tuhan, Engkau tahu apa yang hamba perlukan. Hamba menyerahkan segalanya ke dalam tanganMu."
Si Pemilik Toko terdiam. Si Ibu, Louise, berterimakasih kepadanya, dan meninggalkan toko dengan belanjaan gratisnya. Si pelanggan baik hati bahkan memberikan selembar uang 50 dollar kepadanya.

Si Pemilik Toko kemudian mencek dan menemukan bahwa timbangan yang dipakai tersebut ternyata rusak. Ternyata memang hanya Tuhan yang tahu bobot sebuah doa.

KEKUATAN SEBUAH DOA
Segera setelah anda membaca cerita ini, ucapkanlah sebuah doa. Hanya itu.
Stop pekerjaan anda sekarang juga dan ucapkan sebuah doa untuk dia yang telah mengirimkannya kepada anda.
Lalu, kirimkan cerita ini melalui e-mail ini kepada setiap orang atau sahabat yang anda kenal. Biarlah jaringan ini tidak terputus, karena DOA ADALAH HADIAH TERBESAR DAN TERINDAH YANG KITA TERIMA. Tanpa biaya, tetapi penuh daya guna.

Segalanya dalam Hidup ini adalah Pilihan

Percaya tidak, bahwa sebenarnya tidak ada yang namanya "terpaksa", tidak ada juga yang namanya "nasib buruk", tidak ada sebutan "tidak beruntung", tidak ada seharusnya kalimat "inilah nasibku" - TIDAK ADA! Yang ada adalah (mungkin) kita memilih untuk menjadi "terpaksa", kita menyebut diri kita mengalami "nasib buruk", kita mengeluh karena merasa diri "kurang beruntung", dan barangkali juga kita pasrah dengan keadaan kita dan menyebutnya "nasib".

Ada kisah nyata yang sangat menarik ... puluhan tahun silam.
Tepatnya, pada tgl 23 Juni 1940, lahirlah bayi prematur yang diberi nama Wilma Rudolph, dengan berat hanya 4.5 pon. Bayi ini terlahir di keluarga kulit hitam yang bukan saja dipandang rendah oleh lingkungan masyarakat pada waktu itu - terutama yang berkulit putih, tetapi dia juga berasal dari keluarga miskin - bahkan bisa dibilang melarat, akibat ekonomi yang sedang memburuk (lihatlah ... betapa "tidak beruntungnya" si bayi bukan?).

Setelah si bayi selamat dari masa-masa kritis usia kelahiran prematur, setiap bulan dan tahun-tahun berikutnya, si ibu harus berjuang membantu bayinya bertahan hidup dari berbagai serangan sakit penyakit, mulai dari campak, gondok, jengkering, cacar air, paru, dsb. Bahkan si ibu terpaksa melarikan anaknya ke dokter saat diketahuinya bahwa kaki anaknya yang sebelah kiri menjadi lemah dan tidak keruan bentuknya.

Di tengah kebingungan si ibu ... dokter dengan mantap menegaskan bahwa si anak yang "kurang beruntung" ini harus menerima "nasib"nya sebagai salah satu korban penyakit POLIO yang belum ada obatnya. Dokter mengatakan bahwa anak ini tidak akan bisa disembuhkan, dan tidak akan pernah bisa berjalan.

Si ibu, anehnya, tidak mau begitu saja mau menerima vonis dari dokter. Si ibu MEMILIH dan MEMUTUSKAN untuk mencari jalan keluar bagi masalah yang sedang dihadapi oleh buah hatinya yang mungil tsb. Si ibu akhirnya menemukan sebuah tempat, yaitu RS Meharry, sebuah kampus kedokteran untuk warga kulit hitam di Fisk University di Nsahville. Meskipun si ibu harus menempuh jarak 50 mil untuk menuju RS tsb, hal itu dijalaninya dengan tekun, 2 kali seminggu, selama 4 tahun ... masa-masa sulit itu dijalaninya dengan penuh ketekunan dan pengharapan. Hingga akhirnya si anak dapat belajar berjalan dengan bantuan alat penyanggah kaki dari logam.
Tidak berhenti di sini ... si ibu akhirnya juga belajar bagaimana melanjutkan terapi bagi anaknya di rumah - dikerjakannya terus dengan setia hingga akhirnya, pada saat si anak berusia 12 tahun, ... anak ini, yang tadinya DIVONIS cacat seumur hidup, tidak bisa jalan, lumpuh, sekarang BISA BERJALAN NORMAL ... tanpa alat bantu apa pun.

Rupanya, keuletan dan kegigihan sang ibu, menginspirasi si anak untuk melanjutkan perjuangan hidupnya.
Sekarang, giliran si anak untuk MEMILIH dan MENGAMBIL KEPUTUSAN penting dalam hidupnya.
Kali ini, si anak MEMILIH untuk menjadi seorang atlit :-) .... luar biasa bukan? dari seorang bayi prematur, balita polio, anak cacat, sekarang bercita-cita menjadi atlit - benar-benar "mustahil" menurut ukuran manusia pada umumnya.

Tetapi itulah faktanya ... bahwa sebenarnya hidup ini adalah soal PILIHAN, bukan "nasib".

Semasa remajanya, di sekolah menengah, gadis ini menjadi bintang pemain basket, bahkan sempat memecahkan rekor di negara bagiannya. Lalu ia ganti haluan dengan menjadi seorang pelari. Di usianya yang ke-16 gadis ini sudah berhasil mengikuti Olimpiade dan berhasil meraih medali perunggu. Itu belum seberapa .... Saat Olimpiade di Roma, th 1960, gadis ini menjadi atlit wanita Amerika pertama yang memenangkan 3 medali emas sekaligus (yaitu di lari 100m, 200m, dan estafet 400m).

Bayangkan ... anak polio jadi atlit pelari? ... menang olimpiade lagi, mana mungkin???
Kenyataannya, tidak ada yang tidak mungkin. Semua itu adalah hasil dari PILIHAN HIDUP.

Tidak ada "nasib buruk", tidak ada "terpaksa", tidak ada sebutan "tidak beruntung" ... yang ada adalah, bagaimana kita MEMILIH untuk bertindak atas kejadian / keadaan yang menimpa hidup kita. Memang, kita tidak bisa memilih apakah hal buruk atau hal baik yang menimpa hidup kita ... tetapi, kita bisa MEMILIH dan MENENTUKAN apa yang akan kita perbuat atas hal buruk atau hal baik yang terjadi dalam kehidupan kita.

Inilah saatnya kita belajar untuk MEMILIH ...
Adakah kita MEMILIH untuk "menyerah" terhadap keadaan sekarang, ataukah kita MEMILIH untuk BERJUANG dan terus MAJU dalam kehidupan ini.

Kisah gadis kecil di atas membuktikan kebenaran kalimat bijak yang sudah sering kita dengar:
Dimana ada KEINGINAN di situ ada JALAN
Apakah saat ini hidup kita sedang "mandeg"? - itu berarti kita sedang memilih untuk jadi "mandeg" :-)
Apakah saat ini hidup kita sedang "tertekan"? - itu berarti kita sedang memilih untuk menjadi "tertekan" :-)
Apakah saat ini hidup kita sedang "kosong"? - itu berati kita sendirilah yang memilih untuk jadi "kosong" :-)

JANGAN dilanjutkan ... PILIHLAH jalan lain !!!
Pilihlah untuk hidup yang terus maju dan berkembang.
Pilihlah untuk menjadi bebas, merdeka, dan bersemangat.
Pilihlah untuk hidup yang bukan saja penuh tapi juga berkelimpahan.

Demikian juga dengan kehidupan pelayanan kita ...
JANGAN mau melayani dalam suasana yang hambar, tawar, tanpa semangat, terpaksa, dan sejenisnya.
PILIHLAH untuk melayani dengan semangat, sukacita, berapi-api, berkobar, berkelimpahan, dan berkemenangan.
Ingat, segalanya dalam hidup ini adalah soal PILIHAN.
Pilihan apa yang akan kita ambil?

Jawaban Tuhan

Satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan sebuah kapal terdampar di pulau yang kecil dan tidak berpenghuni. Pria ini segera berdoa supaya Tuhan menyelematkannya, dan setiap hari dia mengamati langit dan mengharapkan pertolongan, tetapi tidak ada sesuatupun yang datang.

Dengan capainya, akhirnya dia berhasil membangun gubuk kecil dari kayu apung untuk melindungi dirinya dari cuaca, dan untuk menyimpan beberapa barang yang masih dia punyai. Tetapi suatu hari, setelah dia pergi mencari makan, dia kembali ke gubuknya dan mendapati gubuk kecil itu terbakar dan asapnya mengepul ke langit. Dan yang paling parah pria itu kehilangan semua miliknya. Dia sedih dan marah pada Tuhan dan berseru: "Tuhan, teganya Engkau melakukan ini padaku?" dia menangis. Pagi-pagi keesokan harinya, dia terbangun oleh suara kapal yang mendekati pulau itu. Kapal itu datang untuk menyelamatkannya.

"Bagaimana kamu tahu bahwa aku di sini?" tanya pria itu kepada penyelamatnya.
"Kami melihat tanda asap yang berasal dari pulau ini", jawab mereka.

Mudah sekali untuk menyerah ketika keadaan menjadi buruk. Tetapi kita tidak boleh goyah, karena Tuhan tetap bekerja didalam hidup kita, juga ketika kita dalam kesakitan dan kesusahan. Ingatlah, ketika gubukmu terbakar, itu adalah "tanda asap" bagi kuasa Tuhan untuk bekerja. Ketika ada kejadian negatif terjadi dalam hidup ini, kita harus berkata pada diri kita sendiri bahwa Tuhan pasti mempunyai jawaban yang positif untuk kejadian tersebut.

Kamu berkata : Itu tidak mungkin.
Tuhan berkata : Tidak ada hal yang mustahil bagiKu. (Lukas 18:27)

Kamu berkata : aku terlalu capai.
Tuhan berkata : Aku akan memberikan kelegaan padamu. (Matius 11:28)

Kamu berkata : Tidak ada seorangpun yang mencintai aku.
Tuhan berkata : Aku mengasihimu. (Yohanes 3:16 ; Yohanes 13:34)

Kamu berkata : Aku tidak bisa meneruskan.
Tuhan berkata : Kasih karuniaKu cukup. (2 Korintus 12:9 ; Mazmur 91 : 15)

Kamu berkata : Aku tidak mengerti.
Tuhan berkata : Aku akan menuntun langkah-langkahmu. (Amsal 3:5-6)

Kamu berkata : Aku tidak bisa melakukannya.
Tuhan berkata : Kamu bisa melakukan semuanya. (Filipi 4:13)

Kamu berkata : Ini tidak berharga.
Tuhan berkata : Itu akan berharga. (Roma 8:28)

Kamu berkata : Aku tidak bisa memaafkanmu.
Tuhan berkata : Aku memaafkanmu. ( 1Yohanes 1:9 ; Roma 8:1)

Kamu berkata : Aku tidak bisa mengatasi.
Tuhan berkata : Aku akan menyediakan kebutuhanmu. (Filipi 4:19)

Kamu berkata : Aku takut.
Tuhan berkata : Aku tidak memberikan padamu roh ketakutan. (II Timotius 1:7)

Kamu berkata : Aku selalu kuatir dan frustasi.
Tuhan berkata : Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaku. (I Petrus 5:7)

Kamu berkata : Aku tidak mempunyai iman yang kuat.
Tuhan berkata : Aku memberi setiap orang iman menurut ukurannya. (Roma 12:3)

Kamu berkata : Aku tidak pandai.
Tuhan berkata : Aku memberikan padamu hikmat. (I Korintus 1:30)

Kamu berkata : Aku merasa sendirian.
Tuhan berkata : Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. (Ibrani 13:5)

Wartakanlah ini pada siapa saja yang membutuhkan, Saya percaya ada saat-saat dimana kita merasa "gubuk" kita terbakar.?(John 1:6)